Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

 

Membongkar Tabir Tapera: Menuju Rumah Impian atau Beban Baru?



Tapera, singkatan dari Tabungan Perumahan Rakyat, kembali menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Program yang digagas pemerintah ini bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap hunian layak dengan menyediakan dana yang dapat digunakan untuk pembelian, pembangunan, atau perbaikan rumah.

Namun, di balik tujuan mulia tersebut, Tapera tak luput dari pro dan kontra. Banyak yang mempertanyakan efektivitas program ini, sementara yang lain menyambutnya dengan penuh harap.

Blog ini akan mengupas tuntas tentang Tapera, mulai dari sejarah, skema, manfaat, hingga kontroversi yang menyertainya.

Sejarah Singkat Tapera

Tapera bukanlah program baru. Gagasan ini telah ada sejak masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, namun baru terealisasi di era Presiden Joko Widodo.

Landasan hukum Tapera tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat. Namun, baru pada tahun 2021, peraturan pelaksanaannya diterbitkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2024.

Skema Tapera: Wajibkah Kita Menabung?

Ya, Tapera bersifat wajib bagi seluruh pekerja di Indonesia, baik pekerja formal maupun informal.

Berikut skema iuran Tapera:

  • Pekerja: 2,5% dari gaji
  • Pemberi Kerja: 0,5% dari gaji pekerja
  • Pekerja Mandiri: 3% dari penghasilan

Iuran tersebut akan dipotong langsung dari gaji dan dikelola oleh Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera).

Manfaat Tapera: Mimpi Rumah Semakin Dekat?

Tapera menjanjikan beberapa manfaat bagi pesertanya, di antaranya:

  • Pembiayaan Perumahan: Dana Tapera dapat digunakan untuk KPR, KBR, KRR, dan FLPP dengan suku bunga dan tenor yang lebih優惠.
  • Jaminan Pensiun: Peserta Tapera akan mendapatkan manfaat pensiun di usia tua.
  • Asuransi: Peserta Tapera akan mendapatkan jaminan asuransi jiwa dan kecelakaan kerja.

Kontroversi Tapera: Beban Baru atau Solusi Nyata?

Meskipun bertujuan mulia, Tapera tak luput dari kritik. Beberapa kontroversi yang menyertainya, antara lain:

  • Beban Keuangan: Iuran Tapera dikhawatirkan menambah beban keuangan bagi pekerja, terutama di tengah kondisi ekonomi yang sulit.
  • Kejelasan Manfaat: Masih banyak pertanyaan tentang skema dan manfaat Tapera yang belum terjawab secara jelas.
  • Kepercayaan Masyarakat: Masih rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap program pemerintah, termasuk Tapera.

Kesimpulan: Menuju Rumah Impian dengan Tapera?

Tapera bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, program ini menawarkan solusi untuk mengatasi krisis perumahan dan membantu masyarakat memiliki rumah impian. Di sisi lain, masih banyak keraguan dan kekhawatiran yang perlu ditangani.

Sebagai masyarakat, penting untuk memahami Tapera secara menyeluruh, baik manfaat maupun risikonya. Kita perlu terus mengikuti perkembangan program ini dan mendorong pemerintah untuk memastikan Tapera berjalan secara transparan, akuntabel, dan bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia.

Komentar

Postingan Populer